Sabtu, Februari 21

Kamis

KEPALA HAMPIR PECAH DIBUATNYA. TAPI ALLAH MAHA KUAT. HANYA DALAM HITUNGAN DETIK IA SUDAH KEMBALI SEPERTI SEMULA BAHKAN LEBIH BAIK LAGI.


Kamis, 19 Februari, Aku mengajar empat jam berturut turut dan hari ini adalah tepat dua minggu aku PPL. Aku PPL di SMA Mujahidin. Sebuah sekolah swasta yang terletak di jalan A Yani. Persisnya komplek Masjid Raya Mujahidin.

Hari pertama tentu sangat menegangkan buat aku. Karena aku harus mengajar kelas yang sangat menantang. Memacu adrenalin sehingga aku harus super ekstra. Tak hanya mempersiapkan materi tapi juga mental yang kokoh. Beruntung di minggu pertama aku masuk kelas hanya perkenalan.

Hari ini aku mulai mengajar kelas XA dan XB. Menggantikan pak Abrar yang berhalangan hadir. Yups… aku mengajar empat jam berturut-turut. Aku bersyukur karena Allah t’lah menyembuhkan penyakit di kepalaku yang sangat mengganggu aktivitasku. Sehingga aku lebih siap untuk masuk kelas tanpa persiapan yang matang, karena semua mendadak tanpa pemberitahuan dari sang guru. Sebagai calon guru yang baik, aku berusaha memberika yang terbaik.

Aku memasuki kelas tanpa rasa gerogi. Apapun kondisinya aku siap. Kelas XB terletak di lantai 2. Bersebelahan dengan kelas XA. Tiap kelas berjumlah 40 siswa.
Jam pertama aku masuk kelas XB. Setelah cas cis cus memperkenalkan diri dan mengenal mereka, aku pun mulai menjelaskan sekilas materi mengenai past continous tense. Waktu sangat terbatas. Satu jam hanya 35 menit. So, aku harus mengelolanya sebaik ungkin. Kami belajar sambil bermain. Karena kondisi kelas yang very lack of motivation to study. Bekal aku saat pagi membaca artikel pak Leo di kolom Suara Enggang BT membuat aku semakin bersemangat mengajar dengan kondisi demikian.
Jam kedua aku sudah pasti ke kelas XA. Murid-murid masih berada diluar. Seorang siswa yang melihatku
Dengan sigap bertanya.
“Bahasa Inggris ya, Bu??”
“Ia. Pak Abrar hari ini gak hadir. Jadi saya yang gantikan. Ayo masuk ke kelas semua.” Jawabku sambil mengajak mereka masuk kelas.

Bukannya sigap untuksegera mauk ke kelas. Mereka justru memperhatikan aku dan tidak mau masuk kelas. Aku menunggu beberapa saat sambil membolak balikkan LKS. Waktu pun berlalu, tak satupun yang masuk kelas. Padahal mereka para siswi. Hanya siswa yang menyapaku saja yang masuk kelas. Para siswa di kelas meminta untuk memulai kelas tanpa memperdulikan temannya yang masih dilaur. Atau tidak mau masuk kelas. Aku kembali menegur para siswi yang masih diluar. Akhirnya, “Ya sudah, kalo memang kalian gak mau masuk diluar saja tidak apa-apa. Tapi bukan tanggung jawab saya.” Ucapku dengan tanis di hati. Akupun memulai kelas dengan siswa yang hanya 75 persen saja.

Namun anehnya, saat aku menyuruh mereka untuk mebaca sebuah percakapan dengan temannya, para siswa yang semula di luar berhambur kedalam dan bertanya”Ibu masuk nilai ke?”. “Iya” jawabku tegas. Mereka pun berebut untuk membaca percakapan bergantian dengan teman-yang lain.

Mereka telah membuat kepalaku sakit tak kepalang. Tak hanya sampai di situ. Tapi juga hatiku. Apa sebenarnya yang ingin mereka raih ketika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Saat menulis tulisan ini, aku teringat ucapan temanku saat pembekala PPL.
“Dapat Sekolah Dimana?”
“SMA Mujahidin.” Jawabku singkat.
“Woow…. Beruntung banget” katanya.
“Kenapa??” aku penasaran.
“Lebih menantang.” Titik. Tidak ada percakapan lagi setelah itu.
Aku memang mendapat tantangan yang sangat menantang. Sebuah permasalahan yang harus aku temukan solusinya.

Please help me to solve this problem…
PPL aku belum apa apa. Semua baru permulaan. Jalan panjang belum aku lewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar